Jumat, 11 November 2011

Agama dan Keluarga Yang Sehat, Mulai Kesepahaman dengan Menjadi Pendengar yang Baik


Agama dan Keluarga Yang Sehat, Mulai Kesepahaman dengan Menjadi Pendengar yang Baik

Sebelumnya kita telah mengkaji bersama beberapa trik bermanfaat dalam membina rumah tangga. Dalam kesempatan ini, kita akan memaparkan sebagian dari faktor-faktor yang dapat memperkokoh ikatan keluarga dan menjelaskan kriteria keluarga ideal dan harmonis.

Dalam keluarga ideal dan sukses, kesepahaman dan kebersamaan mendominasi segala aspek kehidupan. Kriteria ini akan terwujud dalam ranah keserasian suami-istri. Para psikolog mengatakan, "Jika Anda dapat melihat masalah lewat kaca mata sang istri, sejauh dapat memahami dengan baik pola pikir dan pandangan istri dalam berbagai masalah, berarti Anda telah sampai pada batas kesepahaman dengannya."

Dalam kondisi seperti ini, akan tercipta hubungan ideal dalam kehidupan. Suami-istri perlu mementingkan saat-saat kebersamaan yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan. Saling memahami dan menghormati saat bersama merupakan sebuah prinsip berharga, karena dengan perasaan jujur ini, suami-istri juga akan saling menghormati saat berada di hadapan khalayak.

Akan tetapi, apa saja yang perlu diperhatikan guna memudahkan terciptanya kesepahaman dalam kehidupan?

Para psikolog berkata, "Seni mendengar dengan cermat berperan penting dalam menciptakan kesepahaman. Saat Anda berkomunikasi dengan istri, Anda harus menyimak ucapannya dengan cermat dan ramah, hingga terlihat sikap menerima terhadapnya dan ucapannya. Juga perlu memperhatikan mental dan seleranya, serta berusaha memulai pembicaraan dengan tema-tema yang ia senangi. Jauhi sikap membandingkan istri Anda dengan orang lain, karena sikap ini akan merusak hubungan baik Anda dengannya.

Anda harus mengetahui bahwa istri-istri Anda adalah manusia yang tak ada padanannya dan memiliki sisi kepribadian positif atau negatif. Oleh karena itu jika kondisi menuntut, bandingkanlah ia dengan sifat-sifat masa lalunya dan beri penghargaan atas perkembangan akhlak dan spiritualnya. Sikap ini akan berpengaruh terhadap kesepahaman suami-istri. Bentuk hubungan komunikatif juga bagian dari faktor-faktor yang berperan penting dalam mewujudkan kesepahaman. Setiap kata atau kalimat punya muatan psikis dan kasih sayang.

Sebuah hubungan komunikatif yang sukses adalah hubungan dimana kedua belah pihak tidak mengunakan kata-kata yang tidak sedap dan menghina. Tutur kata yang lembut dan sikap menghormati akan mewujudkan rasa percaya diri dan tenang pada pasangan, dan hal ini berdampak mempererat kesepahaman suami-istri."

Para ahli masalah keluarga mengutarakan cara lain mewujudkan kesepahaman. Mereka mengatakan, "Untuk mewujudkan kesepahaman, penting bagi keduanya dalam mengambil keputusan dan mencari solusiserta memperhatikan pendapat sang istri. Jangan mengesampingkannya saat membuat keputusan, saling menghargai pendapat dan menjauhi sikap egois. Akan tetapi, kesepahaman adalah perkara relatif, dan tidak mungkin menanti adanya kata sepakat antara suami-istri dalam segala aspek. Yang dimaksud dengan kesepahaman adalah suami-istri dalam banyak hal memilih sikap selaras dan sejalan.

Kesepahaman memiliki hubungan langsung dengan sikap saling kenal antara suami-istri, dan bersama berlalunya masa-masa awal kehidupan bersama, tingkat pengenalan suami-istri juga bertambah dan semakin dalam. Oleh sebab itu, pasangan-pasangan muda yang baru memulai kehidupan bersama, jangan berharap terjalin keselarasan dan kesepahaman sempurna di antara mereka.

Seorang ibu rumah tangga mengisahkan kehidupan keluarganya yang sukses, ia menulis, "Kira-kira telah berlalu 5 tahun masa kami berumah tangga, dan dari awal kami menjadikan kejujuran dan cinta sebagai fondasi rumah tangga. Pada awalnya kami tidak memiliki kesepahaman sempurna. Akan tetapi, dengan berlalunya waktu dan lebih saling kenal dan saling memahami selera masing-masing, setiap harinya semakin bertambah tingkat kesepahaman dan kelezatan hidup kami.

Suamiku terlibat aktif dalam urusan rumah. Saya seorang mahasiswi fakultas kedokteran, dan menghabiskan sebagian besar waktu di luar rumah. Akan tetapi, ia sama sekali tidak mempermasalahkannya, bahkan terkadang ia juga berusaha melakukan tugas yang berhubungan dengan saya. Saya selalu membutuhkan cinta dan keikutsertaan dia. Hubungan di antara kami terjalin baik bahkan jika ada hal yang tidak menyenangkan, kami tidak menunjukkan sikap kasar, dan menunggu saat yang tepat untuk membicarakan bersama. Kami tidak membuka rahasia rumah tangga pada khalayak, dan dalam kesulitan, kami adalah tempat berteduh satu sama lain."

Dr. Syarafi seorang pakar program keluarga menyangkut hal ini mengatakan, "Melalui perkawinan, suami-istri secara bersama menginvestasikan modal berharga. Dalam bursa ini, tidak ada pembicaraan tentang harta dan materi. Akan tetapi, yang di tanamkan adalah puncak investasi humanitas yang meliputi hati, jiwa, kasih sayang, perasaan, dan cita-cita. Dalam bursa ini, suami-istri mempersiapkan diri untuk kesuksesan atau kegagalan, dan dengan baik, sama-sama memikul bagian yang menjadi tanggungjawabnya.

Sebagaimana yang Anda simak, suami ibu rumah tangga tadi di samping punya kesibukan di luar rumah, juga tidak membatasi dirinya terhadap tugas-tugas istrinya, dan dengan senang hati, ia melakukan tugas yang menjadi tanggung jawab istrinya. Sang suami pada kenyataannya menghargai pekerjaan istrinya. Di samping itu, istri juga merasa dihargai.

Keikutsertaan positif dalam lingkungan keluarga, pada akhirnya memudahkan pekerjaan dan kepuasaan kedua pihak. Akan tetapi, istri juga dengan menampakkan rasa senang terhadap pekerjaan suaminya dan dapat menjadi konsultan dan mitra yang baik bagi suaminya. Dengan menunjukkan rasa senang terhadap pekerjaan suami, turut meyakinkan suami terhadap nilai pekerjaannya. Istri dapat mewujudkan rasa yakin dan tenang ini pada suami hingga ia mengerti istrinya dan memperhitungkan bantuan dan dukungan istrinya."

Keikutsertaan positif dalam keluarga tidak hanya saling membantu, tapi tujuan sebenarnya menjaga eksistensi keluarga. Setiap anggota keluarga turut memikirkan yang lain ketimbang mengedepankan keinginannya masing-masing dan tujuannya adalah ketenangan semua anggota keluarga. Yaitu semua anggota keluarga baik suami maupun istri turut memikirkan tujuan hidup dan berusaha maksimal. Akan tetapi, keikutsertaan dan saling membantu harus bersifat dua taraf, dan jangan sampai satu pihak selalu berusaha dan berkorban, sementara pihak lain bersikap tidak peduli.

Saling membantu dan keikutsertaan mendapat tempat penting dalam ajaran Islam terlebih menyangkut lingkungan keluarga. Tidak hanya al-Quran, tapi juga dalam Sunnah dan perilaku tokoh-tokoh agama menekankan pentingnya keikutsertaan dan kerjasama dalam keluarga. Dalam perkataan-perkataan tokoh agama dalam mendorong sikap saling membantu, terdapat poin-poin penting yang dapat membangkitkan motivasi suami-istri untuk mempererat kerjasama. Suatu hari, Rasul Saw berkata kepada Imam Ali as, "Wahai Ali as, orang yang selalu mengabdi kepada keluarganya, Allah Swt akan menulis namanya dalam deretan para syahid."

Bukti-bukti sejarah menunjukkan kendatipun Rasul Saw memiliki kedudukan spiritual dan sosial yang tinggi, tapi selalu membantu istrinya dalam perkerjaan rumah. Hal ini dalam rangka perhatian Islam yang luar biasa terhadap keutuhan keluarga. Sadar akan dampak-dampak positif kerjasama dan keikutsertaan dalam lingkungan keluarga akan mendorong orang-orang untuk melihat penting pekerjaan di rumah. Para pakar urusan rumah tangga menyarankan, "Karena pekerjaan yang padat tidak dapat membantu pekerjaan istri secara langsung. Paling tidak, mengutarakan niat dan dorongan untuk membantunya, sehingga ia merasa adanya dukungan jiwa dan mental dari Anda".

Sunnah dan perilaku Rasul Saw dalam keluarga adalah teladan terindah kerjasama dan saling membantu. Rasul Saw berpesan kepada para sahabatnya, "Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang berlaku baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku dari kalian semua." (IRIBIndonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar